Jumat, 13 Juli 2012

Namanya November


pict from here


Masihkah kamu mengingatnya? Siapa? Dia Novembermu.

Pertanyaan itu menyeruak kepermukaan menerobos dinding hati menghantarkannya pada logika yang sedikit menolak untuk menjawabnya. Dengan spontan semua yang (pernah) ada terulang  kembali, semua jejak rekam yang tanpa dimintapun telah tertata dan tersusun rapi disana. Memutarnya, memperlihatkan, mendendangkan tawa, cerita, seraut wajah dan senyuman.  (Masih) pada ruang itu. Ya, ruang yang pernah aku ceritakan ke kamu. Ingat?

Mungkin terlihat kosong dan sedikit berdebu di dalamnya.

Sejak hari itu, November tidak lagi hadir pada Juni, Juli dan (mungkin) untuk Agustus dan seterusnya. November hanya untuk November (saat ini) seperti itu. Ya, tidak ada kisah lagi tentangnya yang (pernah) menghiasi pada Juni, Juli, dan seterusnya.

Apa kamu masih ingat? Pada setiap sudut yang pernah aku ceritakan ke kamu secara detail. Hanya kepada kamu ruangan itu aku ceritakan. Seperti rahasia. Karena memang kamu pemilik ruangan itu. Lihat saja ukiran yang masih menggantung pada dinding dalam ruangan itu, masih kamu. Dan coba kamu dengarkan musik yang mengalun itu, masih mengingatkan pada kamu saat aku memasukinya (kembali).

Aku (mungkin) tidak pernah lupa untuk pagi November yang datang lebih awal. Membagi kisahnya, tawanya. Kita bertemu di ruangan itu. Hanya kita pendatang tetap disana. Tidak ada yang lain. Pernah ada “Kita” (dulu) kini menjadi aku “dan” November, ya seperti itu.

Mengasikkan, (dulu). Kini tidak lagi sebelum aku kehilangan November pada Juni. Selalu ada rindu (dulu), kini tidak lagi bahkan sebelum Juli menampakkan diri. Hujan juga menyenangkan (dulu ), kini tidak lagi. Hanya sebatas butiran air yang jatuh tanpa bisa dinikmati.

Tapi, November tetap November. Akan selalu begitu. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar