Minggu, 27 Mei 2012

Bukan untuk mengulanginya

this pict from here
Kembali aku menyinggahi ruangan yang biasa aku datangi,  malam ini. Ruang dimana aku bisa memiliki semua tentangmu. Menikmati rekam canda tawa mu, senyum mu, diam mu. Aaahh, lagi-lagi aku menikmati semua suasana diruangan ini. Menjadi autis tidak masalah. Aku menyukainya. 

Dan ini entah kali keberapa aku singgah kesini. Kali ini aku datang bersama senja. Lihat senja begitu indah, apalagi jika disandingkan dengan hujan. Tapi sayang aku tak dapat menikmatinya, terlebih tanpamu Jingga. 

Aku membuka pintu ruangan itu, masuk perlahan. Menangkap jejak yang kamu tinggalkan. Yaaa, aku melihatnya. Jejak itu masih baru. Apa mungkin kita berselisih jalan? Seperti dua kapal yang berseberangan, namun tetap berlayar tanpa memberi sinyal.

 Sudahlah, tidak apa-apa. Setidaknya kamu tidak lupa akan ruangan ini. Ya walaupun terlihat berdebu pada setiap sudut lantai ini. Aku sedikit sibuk akhir-akhir ini. Sehingga aku jarang singgah untuk membersihkannya. 

Lihat piano disudut ruangan itu, kembali aku menangkap jejak jemarimu disana. Aku senang kamu memainkan kembali piano itu. Setidaknya aku masih bisa berfikir bahwa kamu tidak melupakan semua tentangku. Aku pikir kamu hanya berpura-pura. Iyakan? Buktinya kamu tak segan untuk mampir kesini. Walau sebentar.

Ahhh, aku rindu melihat jemarimu memainkan alunan melodi yang begitu indah. Bukan karena musiknya atau nadanya, tetapi itu karena kamu. Melihatmu memainkannya dengan penuh hikmat. Aku rindu waktu itu. Ketika kamu menoleh kearahku yang berdiri disampingmu, lalu kamu melemparkan senyuman khas mu itu. 

Begitu banyak memori terekam diruangan ini. Apa kamu juga melihatnya? Sama persis dengan apa yang aku lihat. Yaaa, kenangan itu. apa masih ada dimemorimu?
Lalu aku melanjutkan langkah keruang tengah. Ya ruangan itu adalah tempat kita bersenda gurau. Saling melemparkan candaan. Lalu aku merekam semua detail tentangmu. Tawamu, ceritamu, diammu saat memperhatikanku. Kamu tahu, setiap mata kita berpapasan, ingin rasanya aku masuk kedalam matamu itu. menjelajahi semuanya. Apa yang kamu pikirkan? Apa yang kamu rasakan? Agar aku tahu dan tak menerka. Setidaknya kamu merasakan sama persis dengan apa yang aku rasa. Itu harapanku.

Berdiam diri sejenak diruangan itu. Menikmatinya dalam diam. Aku duduk ditempat biasa, dilantai itu. Namun kali ini tidak ada kamu dihadapanku. Ya kembali aku pejamkan mata ini, mengulang semua detik yang pernah aku lewati bersamamu. Ternyata ruangan ini terlalu lama kosong tanpa kehadiranmu.

Apa saat kamu memasuki ruangan ini merasakannya. Kekosongan itu? 

Tiba-tiba saja semua rekam tentangmu bergema diruangan ini. Tawamu, candaanmu, gerakmu, aaahhh semua tergambar jelas. Itu mengobati rinduku. Sekaligus menambah  perih rongga dadaku. Aku tak tahu. Tapi perih itu mendominasi disini. Membuat aura panas disekitar bola mataku. Mendobrak paksa dinding hati untuk meluapkannya. Tapi aku masih bisa meredamnya.
Lihat sekeliling ruangan ini. Semua masih tertata rapi.

Terkadang aku berfikir. Kenapa aku tidak memintamu kembali untuk menempati ruangan ini. Namun hal itu aku urungkan. Karena aku tahu jawabanmu. Jingga lebih memilih bercumbu bersama kerlipan bintang. Sedangkan senja memilih bersama hujan. 

Ya aku hanya senja. Yang terkadang tak tertebak bahkan sengaja untuk kamu lewati. Melewatinya menjadi indahnya malam bersama bintang-bintang itu. Senja hadir begitu biasa. Kilaunya sesaat, tak seperti malam yang panjang. 

Sudahlah, itu anganku saja yang terlalu jauh.

Aku tidak ingin berjalan terlalu dalam diruangan ini. Sudah cukup. Sudah cukup sampai disini saja rindu itu terobati. Aku takut kalau aku berjalan lebih dalam rongga dadaku semakin perih. Pertahanan ku akan luruh. Seketika aura panas itu membuncah. Kali ini tidak ada kamu yang menenanginya. Aku yang harus menenangi diriku sendiri. Karena itu aku memilih untuk berhenti disini.

Melangkah keluar, menutup rapat pintu itu lalu menguncinya. Sesekali jika rindu itu datang lagi aku kembali. Hanya sekedar untuk melepaskannya. Bukan untuk mengulanginya.

Senin, 21 Mei 2012

Kamu,Teh hangat,Gitar Tua dan Senja itu.

*ini untuk kedua kalinya aku duet bersama temanku. Ya, teman yang kudapati dari dunia Blog ini. Duet fiksi kali ini aku bersama Sarnisa Anggriani Kadir. Ya ide yang meluncur begitu saja. Dalam waktu singkat lahirlah karya ini. Selamat menikmati ^_^

this pict from here


(Tulisan mu yang masih selalu aku baca setiap kali aku merindukanmu…)

Sekarang aku sedang menuliskan beberapa paragraf tentangmu dilaptop ini. Nanti kamu pasti kan membacanya dan jangan menyalahkan aku ya. Jika nanti tulisannya tak seperti maumu (aku tertawa nyaring) hanya bergurau sayang. Ini aku menulisnya tentangmu,tentang hubungan kita yang sudah berjalan 4 tahun lebih waktuny. Lumayan lama kan untuk pasangan semuda kita ini? Tapi lama atau tidaknya aku cuma merasakan satu hal mewakili segala perasaan saat bersamamu. Kamu mau tahu? Apa? "Perasaan tenang". Kamu tahu hal apa yang membuatku tenang berlama-lama denganmu? Senyummu. tawamu. itu membuatku kecanduan setiap melihat ekspresi itu. Bahkan bila sehari saja aku tak menatap wajahmu itu rasanya Ahh… Meresahkan sayang. Sungguh.

Itulah mengapa sampai sekarang aku selalu mahir mengumpulkan berbagai alasan agar tak terlalu lama bekerja diluar dan segera pulang agar bisa lebih lama bersamamu lagi. Konyol kan? Kita tak bisa cepat kaya jika tingkahku terus seperti ini tapi (tenanglah..hatiku sudah lama merasa kaya saat aku diberikan kesempatan memilikimu) saat mereka para pria itu tak bisa merasakan bagaimana bahagia menjadi hatiku yang hebatkan oleh wanita sempurna sepertimu.

Oia sayang.. bisakah kamu buatkan aku secangkir teh hangat? Aku suka teh melati itu yang biasa kamu buatkan untukku. Manisnya teh itu semanis senyummu tapi jika diadu aku tetap kan berpendapat senyummu itulah yang paling manis. (Aku tahu di paragraf ini pasti kamu tertawa geli saat membaca tulisan ini) tapi ini sungguh sayang.

Kita selalu seperti ini, setiap harinya selalu mengistirahatkan diri dengan duduk diteras rumah kita, menikmati teh melati lalu memperhatikan senja dan saling menceritakan berbagai hal sederhana yang sama-sama kita sukai. Kadang kita sama-sama membicarakan tentang kita yang kan punya anak berapa, bulan madu di 5 tahun pernikahan dimana,tentang rasa masakan buatanmu,tentang pekerjaan kantorku dan masih banyak lagi. Hingga kita sama-sama hening dalam sepi dan hanya terdengar petikan sinar gitar tua ini. Kamu sangat menyukai hal ini kan sayang? Kadang aku menyanyikan beberapa lagu untukmu hingga selesai dan kau tertidur disampingku. Kadang juga kita bernyanyi bersama hingga kau merasa lelah dan meminta untuk istirahat sejenak dengan kembali memelukku. sesukamu. Selama mungkin yang kau mau. ahh..ini moment yang sangat romantis.

Tapi sayang.. ada hal yang sering lupa kita bicarakan bersama. kita lupa menceritakan bagaimana perasaan kita bila nanti cinta kita redup. kita lupa menceritakan bagaimana rasanya bila kehilangan itu nyata. Kita juga lupa saling menceritakan bagaimana rasanya bila diantara kita ada yang saling meninggalkan. Dan kita tidak pernah membahas sama sekali kan? Kita hanya tahu cinta itu bersama, Tak ada dendam ataupun bagaimana rasanya kecewa. Ya.. itulah cinta kita.
Tapi nanti, jika kehilangan itu nyata maukah kamu bersedia mengikhlaskannya? Aahh.. aku ini menulis apa sih? Sudahlah abaikan saja sayang.

Ahh..sial aku memikirkan lagi tentang kehilangan itu. Sudahlah begini saja. Nanti jika kamu membaca tulisanku dilaptop ini dan saat berbalik aku sudah tak ada, kumohon jangan mencari karena saat-saat seperti itu bisa saja kamu kan merasakan lembab memanas disekeliling bola matamu. Dadamu kan merasa nyeri dan seluruh tubuhmu kan merasa letih begitu saja. Nanti bila kamu tetap memaksa mencari yang ada kamu hanya akan menatap kosong kursi diteras rumah kita, kamu hanya akan bertemu dengan cangkir biru yang biasa kamu tuangkan teh melati disitu. Dan nanti bila kamu tetap memaksa untuk mencariku lagi yang ada kamu hanya akan merasa lirih yang berkepanjangan saat memandang gitar tua itu. Lalu kamu akan merasakan rindu yang dahsyat yang tak bisa berhenti begitu saja sebelum aku datang pulang menemuimu (tapi apa bisa?). Sudahlah.. hapus air matamu. Tengoklah senja karena aku ada disitu, melihatmu dari sini. Lebih lama dan lebih lama...

(Senja Tanpamu...)

Senja beringsut meredup, kala jingga mulai menghitam pekat kala itu. Seperti biasa aku mnghabiskan lembayung, menikmati langit yang berubah pekat. Sesekali menyeruput secangkir teh hangat sambil melemparkan pandangan jauh kelembayung itu. Kali ini tak seperti biasa, kamu tidak disini. 

Apa kamu disana juga menikmati apa yang aku rasa saat ini? 

Aaaaahh, rasanya aku tak ingin beranjak pergi dari teras ini. Aku masih ingin merasakan kenangan itu bersamamu, mengulangnya setiap hari. Apa kamu juga seperti itu? Apa kamu juga hadir saat ini, duduk bersamaku menghabiskan senja ini? 

Kursi ini, aku tak ingin memindahkannya. Aku ingin dia tetap disana, agar senantiasa aku selalu bisa merasakan bahwa kamu tak pernah meninggalkanku sedetikpun kala senja berlalu. Seperti biasa, aku membayangkan kita tertawa, serta berbagi cerita sepanjang hari yang telah kita lewati.

Senja kala itu menjadi senja terakhirku bersamamu. Aku benci pada waktu saat itu. Kenapa saat itu aku tidak memanggilmu untuk tetap duduk bersamaku. Aku benci senja itu. Kenapa aku tidak menahanmu. 

Itu menjadi senja terberat dalam hidupku. Melihatmu untuk terakhir kalinya. Melihatmu terbujur kaku. Ahh aku membencinya. Ayo duduk kembali disini bersamaku. Tersenyumlah untukku. Apa kamu tidak mau melakukan hal itu lagi untukku? Ayo bangun. Sekuat tenaga aku menggoncang badanmu. Ayo bangunlah. Suaraku sudah habis untuk memanggilmu. Setidaknya berikan aku waktu sekali lagi. Ayo tersenyumlah. 

Apa aku tidak bisa lagi melihat senyummu? Apa aku tidak bisa lagi merasakan sentuhan tanganmu? Apa aku tidak bisa lagi mendengarkanmu bernyanyi sambil bermain gitar untukku? Ayo lah lakukan itu lagi. 

Hari ini adalah hari ulang tahunmu. Dan hari ini adalah tahun ke 5 untukku melalui hari lahirmu, tapi tanpa kamu. Menatap nanar pada lilin yang kupajang untukmu. Ayolah hadir sebentar saja malam ini. Aku ingin melihatmu. Sebelum aku benar-benar melepasmu. Sebentar saja. Tak terasa aku merasakan hangat disekitar mataku, merasakan ada bulir-bulir yang jatuh perlahan. Apa kamu tidak melihatnya? Datanglah untuk sebentar saja, disini. 

Setidaknya temani aku meniup lilin ini untuk kamu. Lalu, aku tidak akan meminta kamu hadir kembali. Aku akan melepaskanmu. Membiarkanmu bebas disana. Tapi tetaplah kenang aku. Ternyata hal yang tak pernah kita bicarakan itu terjadi. Untuk menjalani waktu tanpa kamu, itu hal terberat sayang. 

Tak ada lagi senyum terbaik yang kudapati sebelum aku memejamkan mata, tak ada lagi sapa lembut yang menyambutku di pagi hari. Aaaahh sayang aku merindukanmu. Tak ada lagi suara senar gitar yang mengalun indah untukku. Tak ada senja terbaik yang akan kudapati lagi.
Apa kamu melihat hal ini sayang? Kamu tahu kan yang terjadi saat ini? Aku tanpamu. 

Berharap menangkap sosokmu senja ini. Lalu tak akan kubiarkan pergi lagi. Senja dan kamu akan menjadi hal yang tak bisa aku lepaskan. I Love You.


Rabu, 16 Mei 2012

Aku masih akan mendengarkanmu


*ini karya pertama duet bersama Boy Candra ^_^. Silahkan dinikmati
this pict from here
Apa kamu pernah merasakan sesak yang menyeruak didalam dada? Ada tekanan yang membuatmu sakit bahkan teramat sakit. Ketika mencoba menenangkannya, tapi yang ada malah sebaliknya hati dan logika mu tak ingin bersatu. Saling melontarkan pendapat yang tak ayal membuatmu merasa ingin menghujat. Pernah??

Ini, aku melakukannya. Lebih tepatnya mencoba.

Ada sinar yang kutangkap terpancar dikerlingan matamu. Ada getar yang menggebu ketika kamu bercerita tentang dia. Ada apa ini sebenarnya? Bukannya dia masalalu mu? Kenapa masih ada sinar dan getar yang terkadang membuat aku menjadi beku.

Sampai kapan kamu akan bersikap seperti ini. Tolong lihat aku. Aku ada pada waktu ini dan esok bersamamu. Sedangkan dia, masalalu mu. Masalalu yang pernah membuatmu sakit. Tapi, kenapa? Kenapa?

Aku tahu kamu sangat menyayanginya, dulu. Tapi apa tidak bisa kamu simpan saja cerita itu untukmu? Simpan sebagai kenangan saja. Dan kini tatap aku dimasa ini bersama mu dan seterusnya. Bisa?

Kenapa diam? Kamu kenapa diam? Aah….maaf jika semua ini membuatmu merasa tersudutkan. Aku mengerti, ini tak mudah, aku tahu dia begitu lama ada dihidupmu. Wajar saja dia begitu susah untuk terhapus di memorimu. Mungkin ini kerena cemburu saja.

Aku tak bermaksud membuatmu merasa bersalah, sudah. Aku akan mencoba membiasakan diri untuk mendengarmu bercerita tentangnya. Ceritakan saja, aku akan mendengarkannya semampuku. Bila nanti aku tak mampu lagi , aku akan minta izin sejenak padamu.

Pergi? iya. Aku akan pergi sejenak, mungkin keteras belakang rumah. Menenangkan hati, atau sekedar menghirup nafas panjang, lalu akan ku coba lepaskanya sekuat mungkin. Mudah-mudahan saja dengan begitu rasa sesak itu bisa lepas. Dan aku akan mendengarkanmu bercerita lagi.

Ayo lanjutkan,

Nanti bila aku lelah lagi mendengarkannya, aku akan minta waktu lagi untuk kebelakang sebentar.

Mau ngapain? Melepaskan nafas lagi ?

Bukan, kali ini aku tak ingin melepaskan nafas, tapi aku ingin mengurut dadaku. Menenangkanya agar tak semakin sesak. Aku tak ingin kamu melihatku melakukan itu. aku kan melakukanya di sebelah kolam belakang rumah. Mungkin sambil member makan ikan. Setelah itu kamu boleh melanjutkan cerita tentangnya.

Iya. Aku masih mendengarkanmu. Aku masih menyimak setiap bait yang keluar dari bibirmu itu. Tenang aku tak apa-apa. Ini hanya sedikit sesak. Asalkan sesakmu bisa lepas tak apa  aku yang merasakanya. Sekarang, kamu terlihat begitu bahagia menceritakanya. Matamu semakin berbinar. Gurih sekali senyummu itu. Kamu bahagia?

Ahh.. tunggu sebentar, aku ingin minta izin lagi, kali ini mungkin agak lama. 15 menit,  aku mau kekamar mandi. Mataku sepertinya kena debu. Dikamar mandi ada airkan? Ada. Mungkin itu tempat yang tepat untuk mencuci muka. Mataku mulai perih. Permisi.

Maaf tadi mataku kena air dikamar mandi, ada debu sedikit lalu aku mencucinya. Jadi agak memerah, tapi tak apa-apa kok. Nanti juga baik sendiri. Ya sudah, sekarang lanjutkan lagi ceritamu. Aku masih sangat ingin mendengarnya.

Iya aku yakin tidak apa-apa. Lanjutkanlah ceritamu hari ini. Ingat hanya untuk hari ini. Apa kamu bisa melakukannya? Setidaknya untukku yang sekarang bersamamu. Tapi jika kamu tidak bisa, tidak apa-apa. Aku akan memakluminya sekali lagi. Mungkin dengan perlahan.

Aku akan membantumu untuk melepasnya. Dan cemburuku setidaknya hanya akan aku rasakan untuk saat ini saja. Luapkanlah semua kerinduan yang kamu miliki untuknya. Tenang saja, aku tidak apa-apa. Lihat aku masih tersenyum untukmu dan ceritamu. Sial mata ini kembali memerah. Tidak, aku tidak apa-apa. Iritasi kembali, boleh aku permisi sebentar? Kemana? Aku ingin mengambil obat tetes yang tersimpan dilaci kamar kita.  Tidak perlu, tidak perlu kamu ambilkan. Biar aku saja yang berjalan mengambilnya, dan kamu tetap disini nikmatilah secangkir teh hangat itu. Iya aku yakin tidak apa-apa.

Dan perlahan aku berjalan menjauhimu, andai kamu merasakan sesak ini. Hmm, tidak apalah. Aku yakin kamu nanti juga akan berhenti menceritakan tentang dia. Walau aku harus menguasai cemburu ini agar tidak meluap. Kamu tahu betapa sulitnya? Lihat aku melakukannya untuk kamu dan masa lalumu.

Mataku agak sedikit perih, ada aura panas yang kurasa saat ini. Tidak, aku tidak menangis. Ayo lanjutkan kembali. Mari kita habiskan hari ini. Sampai batas lelah yang kumiliki.

Aku akan tetap memberikan senyuman ini padamu. hanya padamu, karena aku tak akan sanggup melakukan semua ini kalau bukan untukkmu. Kamu (mungkin) tak akan pernah tahu apa yang sebenarnya terjadi di hatiku. Sebaiknya memang begitu kamu tak usah tahu, aku tak yakin kamu sanggup melakukan apa yang aku lakukan ini.

Sekarang aku sadar, ternyata dia begitu hebat dimatamu. Mungkin dia lebih hebat dariku dalam beberapa hal. Tapi apa dia bisa sanggup melakukan apa yang aku lakukan ini?

Kamu! Kamu juga sangat hebat, kamu adalah seseorang yang hebat. Karenamu, aku bisa menjadi kuat melakukan semua ini. Ayo…lanjutkan ceritamu. Tak apa, aku akan mencoba terbiasa dengan suasana ini. Mendengarmu ( masih ) bercerita tentangnya.  Lakukan hingga kamu bosan menceritakanya padaku. Entah kapan.

Rabu, 09 Mei 2012

Ada atau tidaknya aku diharimu itu hal yang biasa, bukan?

pict from here
Hanya sebatas inikah? Atau memang kamu ingin segera menyudahinya?

Apa kamu pernah merasakan sulitnya menahan rindu? Apa kamu pernah pura-pura melupakan seseorang, padahal kamu inginkan dia? Apa kamu pernah merasakan kegelisahannya? Aku pernah. Dan tepatnya saat ini aku merasakannya.

Diam dan menahan sepertinya itu yang harus kulakukan saat ini. Kenapa? Karena aku merasakan ada sesuatu yang mengganjal disini. Dihati ini. Bagaimana aku bisa melanjutkan rindu ini. Jika kamu disana tidak memilikinya untukku. Mungkin aku akan berhenti. Berhenti perlahan. 

Perlahan meninggalkan ruangan itu. Perlahan melupakannya. Ahh, mungkin untuk melupakannya sepertinya tidak. Tidak semudah itu.  Dan itu tak akan terjadi. Setidaknya aku akan menyimpannya. Meninggalkannya bukan berarti aku ingin mengemas ruangan yang berisikan semua figura tentang kamu. Mungkin aku akan menutupnya, intensitas kunjungan kesana mungkin akan aku kurangi. Kali ini tidak setiap waktu. Karena kamu juga tidak melakukan hal yang sama untukku.

Kamu harus tahu. Kenapa aku melakukan ini. Karena tidak mungkin rasanya aku memberi perhatian kepada seseorang yang tidak menginginkannya. Apa jadinya, jika ada hati yang tidak kamu inginkan kehadirannya diharimu. Pasti kamu akan merasa risih. Apa kamu tahu rasanya jadi aku? Aku beri tahu rasanya itu melelahkan, sekaligus membuat hati ini menangis. Kenapa tidak? Karena tidak mungkin rasanya hanya aku saja yang bergerak mengejarmu. Sedangkan kamu terus berjalan tanpa melihatku. Apa mungkin? Coba saja bayangkan.

Coba perhatikan aku untuk sekali waktu saja. Bukan aku meminta atas perhatianmu. Tapi, aku ingin tahu alasanmu. Bisa beri tahu aku? Atau persepsi aku tentang kamu salah? Semoga saja aku salah. 

Setidaknya jika kamu memiliki rasa yang sama terhadapku. Kamu bisa memintaku untuk tinggal. Maka aku akan tinggal. Jika tidak segera beri tahu aku. Agar dengan segera aku menutup ruangan yang berisikan semua tentang kamu. Menutupnya rapat-rapat. Lalu aku hanya akan menikmati semua tentangmu dari luar, tanpa masuk kedalamnya. Sesekali aku akan membukanya, hanya untuk melihatnya lebih dekat. Hanya sebatas itu.

Ada atau tidaknya aku di harimu itu hal yang biasa, bukan?

Senin, 07 Mei 2012

the rain admire


Hujan kembali datang sore ini. Ya, disaat cuaca diikotaku tadinya masih cerah. Tiba-tiba dengan perlahan curahan langit itu mulai menyingkirkan cahaya jingga itu dan merubahnya menjadi awan gelap. Hawa dingin merambat perlahan merasuk kedalam setiap tubuh manusia yang merasakannya.
Hujan, ya sudah hampir tiga minggu ini aku tidak menikmati tenangnya tetesanmu. Ketika kulihat langit mulai memberi tanda kedatanganmu, aku segera mengambil posisi seperti biasa aku menikmati tetesanmu itu. Ya merasakannya lewat jendela kamarku. Merasakan tetesan-tetesan yang kamu berikan dengan jemariku. Merasakan kehangatannya dengan menggenggamnya. Walau tak lama, namun tetap terasa. Bukan dingin, tapi hangat. Itu yang kurasa.
Berdiam diri, memejamkan mata merasakanmu. Merupakan hal yang selalu aku lakukan untukmu. Seperti aku bermain dengan hujan itu. Menggenggamnya walau tak lama, tapi terasa. Aku suka melakukannya, hal yang mungkin kamu tidak tahu dan mungkin tidak akan pernah. Karena hanya aku yang begitu. Tidak kamu.
Ya, sudah lama tidak seperti ini. Aku merindukannya saat-saat seperti ini. Aku merindukan kesendirianku dalam hujan. Aku merindukan bercerita tentangmu dengan hujan itu.
Hujan dan kamu, selalu akan menjadi seperti itu. Dan aku akan selalu menjadi pengaggum rahasiamu. Tak pernah berhenti, sekalipun musim kemarau sebentar lagi akan datang. Aku akan tetap menunggu. Menunggu hujan itu datang kembali, seperti sore ini.

Sabtu, 05 Mei 2012

Mengagumimu

this pict from here
Hari ini, aku dan kamu kembali bertemu. Setelah kemarin kita bersama bermain dibawah rintik hujan. Walau hanya lewat tatapan yang tersirat saat itu. Kamu tahu aku merasakan ada getar yang tak sempat aku cerna. Perasaan itu. Entah kagum, suka, jatuh cinta apalagi. Entahlah, yang aku tahu aku suka menikmati suasana sore itu. Apa kamu juga?

Tatapan matamu itu membuat aku luluh. Kamu tahu jika hatiku diumpakan lilin. Lilin yang diberi api pada sumbunya. Ya.. seperti itu lelehannya bisa mengalir sepersekian detik. Bayangkan saja. Tatapan matamu itu benar-benar membuat jantungku berdegup kencang. Sekaligus membuatku membeku untuk sesaat.

Walau tak seharian bersamamu. Tapi setidaknya waktu 2 jam itu memberi arti tersendiri. Terlebih saat itu hujan. Yaa.. hujan mengurung aku dan kamu digedung itu. Kamu tahu? Aku suka, aku suka sekali momen seperti itu. Baju yang basah, dingin, tidak terasa. Karena saat itu aku melihat pancaran hangat dari binar matamu, sayang. Apa kamu menyadarinya? Aku telah memperhatikanmu sejak awal.

Dan hari ini, terulang kembali. Tepat disaat mentari tersenyum dibalik awan. Aku dan kamu kembali bertemu digedung itu. Kembali logika dan nurani bertemu disatu titik. Aku bingung. Perasaan apa lagi ini? Getar yang terjadi sore kemarin terulang pagi ini. Aaahhhh, aku menyukainya. Aku menyukai ketika senyumanmu merekah pagi ini. Aku menyukai binar matamu yang hangatnya mengalahkan mentari. Setidaknya itu menurutku. 

Ketika kamu datang menghampiri ku, sejujurnya aku tak berani menatap jauh kedalam matamu. Dan aku tak tahu kenapa perasaan itu bisa datang. Lembutnya tatapanmu. Aku suka ketika kamu menatapku. Aku suka ketika kamu memanggil namaku. Dan aku paling suka dengan simpul senyum yang terbingkai dibibirmu, apalagi saat mata aku dan kamu beradu pandang. Aku suka momen itu. Apa kamu juga?

Aku hanya ingin menjadi pengagummu, setidaknya untuk saat ini. Karena aku suka diam-diam memandangimu. Karena aku suka memotret senyummu dengan mataku, lalu menyimpannya di memoriku. Bolehkah? Menikmati dengan diamku.

Kalau bisa setiap saat aku akan datang mengunjungimu ke tempat ini. Hanya untuk memotret kilas senyum itu. Sebanyak mungkin. Pastinya tanpa sepengetahuanmu. Itu akan kulakukan diam-diam. Merekam setiap gerikmu, melihat cara bingungmu. Itu aku suka. Menjadi pengaggummu, sepertinya akan menjadi hobby baru dihariku. Mungkin bukan hanya hobby, yaaa…. Sepertinya sudah menjadi candu sejak pertama aku mengenalmu. Namun aku belum berani untuk mengungkap keberadaanku. 

Aku hanya suka seperti ini. Diam-diam mengaggumimu. Diam-diam mengikutimu. Diam-diam merekammu. Diam-diam memotretmu. Diam-diam JATUH CINTA PADAMU.