Selasa, 27 Mei 2014

Nanti sesekali waktu... Maukah kamu?


here


Nanti sesekali waktu, maukah kamu datang menemuiku lagi?

Sambil menikmati makan siang di kotamu. Kita kembali berbicara panjang lebar sampai malam menyambut senja. Berbicara tanpa ada rasa sekat yang seolah membelenggu kita. Berbicara apapun yang kita mau seperti dulu lagi. Bisa? 

Maukah kamu datang menemuiku lagi, nanti. Ketika aku sudah menetap dikota kelahiranmu itu. Bahkan jika kamu mau, dengan senang hati aku akan menerima kedatanganmu untuk selalu menemuiku sepulang kerja nanti. Maukah kamu?

Aahh, aku selalu mendamba seperti waktu yang telah berlalu. Pergi nonton berdua, menikmati keramaian berdua. Bahkan kita pernah mengomentari sepasang kekasih muda yang sedang asik duduk berdua sehingga tidak menghiraukan keberadaan manusia lain didekatnya. Kita tertawa. Lalu sepasang kekasih muda itu menoleh kearah kita, dan kitapun terkejut. Dengan tampang tak berdosa kitapun acuh tak acuh terhadap mereka. Geli sendiri jika aku ingat-ingat.

Ooh iya, masihkah kamu mengidolakan club sepak bola itu? Seperti pertama kali kamu menceritakan kesukaanmu terhadap club tersebut. Sehingga tanpa alasan apapun akupun turut mengidolakannya. Meskipun aku tidak terlalu paham dengan permainan yang disukai oleh hampir seluruh manusia dimuka bumi ini. Sampai-sampai aku membeli beberapa barang yang memiliki lambang dari club bola itu. Ceritamu itu masih selalu menjadi andil dalam hariku, terkadang aku sengaja memilih beberapa barang sebagai koleksi. Seperti selimut yang berlambangkan bendera club favorite kamu itu. Tentunya  itu sebagai pengingatku terhadapmu. 

Kotamu itu adalah impianku untuk membangun masa depan. Hei, bantu aku dengan doamu untuk mencapainya. Meskipun tidak setiap hari, setidaknya aku bisa merasa dekat denganmu.

Nanti sesekali waktu, kalau kamu bersedia dan jika dia mau kita bisa menghabiskan waktu seharian bertiga dan saling bertukar cerita. Tenang saja aku tidak akan memperlihatkan raut sedihku karena dia telah memilikimu seutuhnya. Bahkan mungkin nanti kami berdua bisa menjadi sahabat, seperti aku dan kamu. Cemburu? Tentu saja tidak, kata itu sudah jauh-jauh aku lepaskan keudara. Kamu tenang saja. Dan tentunya aku juga tidak akan membuat dia cemburu kepadaku, sebab aku tahu semua hal yang berkaitan denganmu seperti makanan apa yang kamu tidak bisa makan, impian-impianmu, cerita keponakanmu yang lucu-lucu itu. Aku akan mengunci cerita itu rapat-rapat agar dia nyaman bersamaku. Tenang saja.

Dan sekarang satu pintaku, bantu aku menjemput impian itu dengan doamu.


 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar