Sabtu, 10 Agustus 2013

Jingga

Lama sudah tak menyapamu, jingga. Apa kabar kilaumu yang menawan? Masihkah berwarna?? Ah, aku rindu untuk menikmatimu seperti dulu. Begitu banyak cerita yang menumpuk diotakku yang ingin segera aku bagi denganmu. Tapi, kali ini aku kehilangan cara untuk memberi tahumu. Bisa bantu aku? Bantu aku untuk menemukan cara itu. Seperti dulu lagi. Bisa?

Hei, Jingga
Banyak kata yang seharusnya terangkai disini tapi aku tak tahu entah kenapa begitu sulit untuk merangkainya seperti dulu. Seolah-olah aku ini menjadi buta huruf, tidak tahu apa yang aku tulis.  Kaku. Tapi yang jelas satu kata yang tepat mewakili semua kata yang menumpuk ini, Rindu. Maaf, seharusnya kata itu sudah tidak pantas lagi untuk aku utarakan ke kamu. Tapi, jika tidak segera aku luapkan rasanya dada ini serasa ingin meledak, karena sudah tidak sanggup lagi untuk meredamnya.

Jingga...
Nyatanya memang benar sulit untuk melupakan kilauanmu itu. Begitu indah. Namun kilauanmu saat ini asing bagiku, terasa berada jauh darimu. Bahkan terkesan bahwa aku tidak pernah merasakan melewati senjamu itu. Apa benar saat ini kita sudah terlihat asing satu sama lain?

Jingga...
Ada seseorang yang saat ini rindu bercengkrama denganmu

Jingga...
Dia rindu....!!!




Rengat,  10 Agustus 2013

Dan aku (kembali) merindukanmu...






-ruang rindu-
Rengat, 10 Agustus 2013

Kamis, 01 Agustus 2013

#CeritaDariKamar #1 "Jam Tangan Kesayangan"


Ide tulisan ini sangat kreatif. #ceritadarikamar saya tertarik mengikutinya semoga bisa tetep lanjut hingga saat mudik nanti :D Ok bg @benzbara_ terimakasih atas ide kreatifnya, yang sudah membantu saya untuk menulis lagi :D

Dalam #ceritadarikamar yang pertama kali ingin saya buat adalah "jam tangan kesayangan".

Jam tangan yang saya punya ini sudah menemani saya selama 2 tahunan. Dari sosok yang sangat saya cintai, "Ayah". Jam ini saya dapatkan ketika liburan semester dikampung halaman. Jam tangan ini adalah jam tangan pengganti yang saya punya dulu. Ketika ayah menyadari anak sulungya yang suka mengenakan jam tangan sudah jarang mengenakannya. Saat itu beliau bertanya ketika kita sedang berpegian bersama dan melihat belang ditangan anak sulungnya :D, "Jam tangan kamu kemana De..??" "Ada yah, di laci". "Kenapa tidak dipakai, tumben!!" "*nyengir* rusak yah, jam-nya udah tua." "Oooh, gitu. Ga cari yg baru?" "Pengen sih yah, tapi nanti-nanti aja".  

Lalu, selang beberapa hari setelah percakapan tentang jam itu. Ayah yang biasanya belum pulang dari kantor udah pulang aja. Lalu mengajak saya untuk pergi keluar (lagi). Kirain mau pergi ngajakin makan dan taunya kita nyampe di toko jam Yohanes :D salah satu toko jam terbesar dikampung halaman saya dan juga salah seorang pegawainya adalah tetangga saya namanya Soni, saya memanggilnya abang Soni. 

"Ayo, kamu mau yang mana?" Tanya ayah. Lalu saya pun memutar mata dari ujung ke ujung etalase yang berjejer. Daaaaan, haap aku melihatnya. Sebuah jam tangan yang sangat sederhana. "Yang ini aja yah" tunjukku cepat. Lalu "Kenapa tidak yang ini saja?" Saat itu ayah menunjuk sebuah jam tangan yang lingkar pergelangannya adalah besi. "Hmmm, ga ah yah yang ini aja". Dan negosiasi pun terjadi antara ayah dan Bang Soni. Akhirnya sejak detik itu hingga detik ini kalian membacanya kisah si "jam tangan kesayangan" masih menemani saya setiap harinya. Terimakasih ayah atas pemberiannya. Pengingat waktu yang sempurna, tiada tandingnya :D.

  

#CeritaDariKamar #1