Bercerita denganmu itu, aku merasa sempurna.
Setidaknya untuk aku yang menikmatinya. Ibarat kata-kata yang kamu rangkai itu.
Terangkai dari huruf konsonan dan huruf vokal yang mendominasinya. Seperti itu.
Apa jadinya kalau tidak ada pencampuran antara dua jenis huruf itu. Mungkin
kita tidak akan mengerti apa itu "kata". Dan mungkin tidak ada
tawa yang merekah.
Aku rindu mendengar suaramu itu. Aku rindu pada waktu
aku menunggu detik-detik di saat kamu mengangkat telepon genggammu diseberang
sana, lalu berkata "hai". Aku rindu pada tawamu. Aku rindu caramu
berdiam diri saat kita sama-sama kehilangan kata, dan larut dalam hening.
Sederhana saja, aku senang berbagi
denganmu. Apapun itu. Kamu?
Dan (waktu) kini tak pernah sama.
Kita berpindah pada satu titik (jarak). Jarak yang sebelumnya tidak pernah aku
anggap ada kini entah kenapa begitu nyata. Begitu nyata untuk aku lalui dalam
waktu ku. Malam kini terasa panjang, Jo. Tak seperti biasanya, seperti aku
melewatinya denganmu (dulu).
Jo, kapan aku bisa berbagi bersamamu (lagi). Banyak
hal yang ingin aku ceritakan. Tentang skripsiku, masa sulit dalam konsultasi
bersama pembimbing. Biasanya kamu selalu ada untuk mendengarku, menyemangatiku.
Tentang akuariumku yang kini kosong. Biasanya kamu selalu menanyakan
"mereka". Jo, apa kabar malaikat-malaikat kecilmu yang lucu itu?
Aku rindu mendengar semua ceritamu,
sangat. Sesekali datanglah kesini, untuk menemuiku. Aku akan
mendengarkanmu. Layaknya kamu yang selalu ada dan selalu mendengarku. Ceritakan
ke aku bagaimana dengan waktu yang kamu lalui. Aku akan duduk diam
mendengarkanmu. Sampai semua lelah yang kamu miliki itu benar-benar lenyap dari
pikiran yang membuat kamu terbebani.
Ayo, aku menunggumu untuk berbagi.
Kapanpun itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar