Akhir-akhir
ini aku merasakan sesak yang amat luar biasa yang menekan rongga dadaku.
Mencuri-curi pandang dilayar handphone-ku
untuk sekedar melihat status BBM-mu
dan juga gambarmu yang terpasang disana. Selalu seperti itu. Tentunya hal itu
aku lakukan tanpa sepengetahuanmu. Hanya untuk meredakan sesak yang ada, tapi
hanya sebentar hal itu mampu meredakannya. Dan kembali terulang. Entah itu
karena rindu, atau karena hal lain yang aku sendiri tak mampu memahaminya.
Lama tak
berbagi cerita denganmu. Aku merindukannya.
Apa yang
terjadi pada hatiku setelah pertemuan itu, semua terasa begitu menyenangkan.
Itu menurutku, kamu? Apa kamu sesenang hatiku? Kamu tahu rasanya bukan hanya
sekedar lega karena kita telah bersua, lebih dari itu. Aku semakin jatuh hati
kepadamu. Aaahhh, malam itu tidak bisa aku lupakan. Akhirnya aku bisa menikmati
gerimis bersamamu, itu kenangan yang akan selalu aku kenang sampai nanti.
Bisa
kamu rasakan apa yang aku rasa. Lelahnya menahan rindu, lelahnya mencari
kesibukan agar aku tidak merasa sesak karena rindu ini. Nyatanya aku tak bisa
mengecoh hati. Selalu kalah dan patah karena rindu ini. Rindu untuk bertemu,
rindu untuk duduk berdua menikmati jus alpukat itu (lagi), rindu kepada setiap
jejak yang pernah aku lalui dijalanan itu bersamamu. Dan terutama rindu itu
(masih) kepada kamu yang tumbuh luar biasa menguasai hati ini.
Bercerita
tentangmu pada seorang sahabat, dan apa yang dia katakan cukup menenangkan
hati. Hingga nanti ketika sendiri datang lagi, rasa itu pasti hadir kembali.
Dia berkata bukan waktu yang salah, tapi memang belum waktunya untuk kamu
bersamanya. Disitu aku menerimanya, mencoba bersikap realistis. Bahwa ada
benarnya juga sahabatku itu. Tapi tetap saja rindu dan rasa ini menang menguasai
hati. Mereka berhasil membuatku untuk terus menganggumu, setiap waktu. Kamu
tahu? Untuk melakukan obrolan atau sekedar menyapamu aku harus mendengarkan
suara hati dan logika yang selalu tak sejalan. Mereka bertentangan. Tapi tetap
ada hati yang memenangkan hati. Karena hati selalu mempunyai pola tersendiri
untuk melakukannya.
Hingga
detik saat aku menuliskan ini aku masih merindumu. Merindui setiap momen yang
pernah ada. Mengulang setiap rekam yang terjadi 4 tahun lalu, hingga sampai
pada sebuah pertemuan nyata antara aku dan kamu, selalu mengulangnya. Apa kamu
(pernah) seperti aku?? Mengulangnya walau hanya sebentar. Mengingat hal-hal
yang pernah ada malam itu. Berputar keliling kota, nonton, bercengkarama
menikmati jus alpukat, mendengar cerita tentang masa kecilmu bersama
teman-teman sebayamu dijalan itu, serta momen dimana aku yang memboncengmu
malam itu, lucu sekaligus senang untuk mengingatnya dan menikmati gerimis pada
malam terakhirku dikotamu.
Semua
terasa menyenangkan. Semoga jika masih ada kesempatan untuk bertemu lagi
keadaan akan semakin menyenangkan. Dan semoga waktu memberikan kesempatan yang
lebih panjang lagi. Sekali lagi kata ini terlahir masih untuk kamu. Serupa
aliran sungai yang menuju laut, selalu mencari dan mengaliri celah yang ada . Tinggal
mengikuti. Mengikuti rindu yang menguasai hati, entah sampai kapan. Aku (masih)
menikmatinya seperti dulu.
#repost
Tidak ada komentar:
Posting Komentar