Selasa, 16 Juni 2015

Can we go back to the start?

Rasanya berbeda sekali setelah kamu pergi. Sungguh, suasana pagi hingga malam tidak lagi sehangat dulu. Dingin seperti hujan turun sepanjang hari.Tidak ada lagi sapaan manja yang terlontar dari bibirmu, tidak ada lagi ucapan selamat tidur untukku. Can we go back to the start? 

Aku tak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Kenapa tiba-tiba kamu memutuskan untuk meninggalkanku? Pertanyaan yang selalu ingin aku lontarkan kepadamu. Namun urung untuk kulakukan. Kamu tahu rasanya? Sungguh hal ini mengacaukanku.

Sulit melepaskan bayangmu yang menemaniku selama ini. Sulit melupakan kamu yang menemaniku dari remaja hingga hampir bisa dibilang dewasa untuk saat ini. Rentang 7 tahun itu bukan waktu yang sebentar untuk mengenalmu. Aku sudah tahu benar bagaimana watakmu yang keras kepala. Aku tahu benar impian-impianmu yang ingin kamu wujudkan dimasa depan. Tentang sebuah ruang baca yang ingin kamu bangun dirumah kecilmu. Tentang bagaimana susunan rak buku yang kamu idamkan. Tentang kota-kota yang ingin kamu kunjungi bersamaku.Tentang hobimu, kesukaanmu, sampai ke hal-hal yang membuatmu jengkel. Aku tahu semuanya sayang, aku sungguh tahu kamu. Tapi kenapa hal ini tiba-tiba datang?

Seperti ada benda keras yang menghantam rongga dadaku, sesak, sakit, pedih!!! Aku tak yakin jika hal ini menghampirimu kamu masih bisa tersenyum sepertiku. Seperti mimpi buruk yang menghampiriku setiap malam. Ingin rasanya aku mengejarmu ke kota itu. Bertanya tentang banyak hal kenapa hal ini bisa terjadi. Dan mungkin itu juga akan menjadi sia-sia sebab hatimu telah tertutup rapat hingga tak ada celah untuk aku masuk kedalamnya. Rasa yang kamu punya entah hilang kemana. Dan mungkin ini juga sudah jalan-Nya, sekuat apapun aku melawannya tetap saja jika kamu bukan untukku, kamu tidak akan pernah untukku. Aku menyadari itu. 

Namun aku terkadang masih belum bisa menerima kenyataan ini sayang. Maafkan aku selalu menganggumu dengan berjuta kata yang selalu membuatmu kesal. Bukan maksud ingin mengingatkan ke hal-hal yang pernah kita lalui bersama. Tapi apa memang semudah itu kamu melepaskan??




Jumat, 20 Maret 2015

Teka-teki romantis

Ah, kamu terlalu curang. Meninggalkan pesan tapi tanpa nama dan tanpa alamat. Aku kan jadi kebingunan menebak-nebak siapa gerangan. Kamu memang berhasil membuat hariku penuh dengan teka-teki. Setiap pagi selalu ada setangkai bunga diatas meja kerjaku. Selepas beristirahat juga selalu ada tulisan kecil diatas keyboardku bertuliskan, semangat!! lengkap dengan emoticon lucu. Ah, lagi-lagi kamu berhasil membuat tanda tanya dihatiku semakin besar. 

Setiap kali aku berusaha datang lebih pagi untuk melihat kamu datang, tapi selalu saja terlambat setangkai bunga segar sudah tergeletak manja diatas meja kerjaku. Lalu, kamupun aku tunggu sampai-sampai aku tidak keluar kantor meskipun jam istirahat. Dan pastinya kamu tidak akan datang. Entah saja mungkin kamu sudah tahu aku akan menangkap basah kerjaanmu itu. 

Pastinya kamu juga membuatku sedikit takut. Kalau-kalau kamu itu sosok psikopat yang mencari mangsa. Mencoba menarik mangsa dengan perhatian kecilmu. Tapi kupikir-pikir lagi rasanya tidak mungkin sosok kamu semengerikan itu. Perhatian kecilmu yang manis membuat simpul senyumku selalu mengembang setiap mendapati pesan-pesan kecil darimu. Sweet memang. 

Lalu, akupun meninggalkan catatan kecil untukmu. Sengaja aku tinggalkan disaat jam istirahat sebab rasanya tak mungkin aku menunggumu yang pastinya tidak akan datang dan langsung mengatakan "heii, ini aku yang selalu menaruh bunga dimeja kerjamu". Benarkan? 

"teruntuk kamu si pemberi bunga. terimakasih untuk setiap hadiah kecil yang selalu kamu selipkan dihari-hariku. terimakasih atas perhatian kecilmu yang selalu menyemangati. bagaimana kamu bisa tahu aku mengalami masa-masa sulit dengan kerjaan kantor yang menuntutku untuk diselesaikan hari itu juga? bagaimana kamu bisa tahu akan kesukaanku kepada bunga mawar putih itu? bagaimana mungkin juga kamu bisa meletakkan setangkai bungai itu setiap pagi? apa kamu benar yakin aku orang yang benar-benar ingin kamu beri? Apa alasannya?
Hei kamu si pemberi teka-teki romantis ini, tidakkah kamu ingin berbicara denganku? menemuiku secara langsung mungkin, atau mengajak ku minum teh atau sekedar berjalan ke toko buku?
Barangkali kita bisa menemukan kesamaan disela-sela pembicaraan kita nanti.
Maka, maukah kamu datang menemuiku sore ini??"



Ku tunggu jawaban kedatanganmu. 
Selamat bertemu, nanti.





Kamis, 19 Maret 2015

Beberapa Jika, untukmu.

Pernah dulu kamu berkata seperti ini "sudah lama tidak membaca tulisanmu". Lalu mulai rewel kamu bertanya kapan aku akan menulis lagi. Entahlah, jawabku singkat. Karena sejujurnya akupun ingin menanyakan hal itu kepada diriku sendiri. Dan sejauh ini aku hanya bisa bertanya tanpa mampu menjawabnya. 

Kamu pun mulai membujukku "ayolah menulis sepatah atau dua patah kalimat saja" katamu kemudian. "Menulislah. Setidaknya untukku" lanjutmu, sembari menatap lurus kosong ke depan. Seketika aku menoleh ke arahmu. Ada harapan diujung kalimat itu "setidaknya untukmu" kamu tersenyum, berlalu.

Entah kemana semua susunan abjad yang biasa aku rangkai itu pergi. Akupun mulai bingung, kemampuanku yang menghilang atau sosok kamu?? Aku bertanya keras kepada hati dan pikiranku.

Lama aku terdiam. Kamupun begitu. Berpikir apa yang harus aku jawab untuk meresponmu. Dan kamu......... Aku tak tahu apa yang kamu pikirkan. Tersirat kekakuan setelah senyummu itu. Tiba-tiba hening melanda kita. Diam seribu bahasa. Seperti kertas kosong yang kamu tunggu untuk aku lukiskan sesuatu, seperti itulah kira-kira.

Hening melanda kita. Diam seribu bahasa. Bermunculan beberapa pertanyaan yang ku tujukan untukmu disini.

Jika tulisanku tidak lagi tentangmu. Apa kamu masih akan meluangkan waktu untuk membacanya?

Jika tulisanku tidak lagi menceritakan semua hal tentangmu. Apa kamu masih akan singgah kesini untuk sekedar melihat-lihat?

Jika tiba - tiba aku berhenti lagi. Apa kamu masih akan bertanya kenapa aku berhenti melakukannya??

Dan apabila......
Kamu singgah dan sedang membaca ini, mohon tinggalkan jejak. Agar aku tak menerka-nerka apa kamu sudah membaca sesuatu yang aku tuliskan disini.


PS: kamu yang selalu datang diam-diam.
PPS: ya kamu!! bersediakah?