pict from here |
Masihkah kamu mengingatnya? Siapa? Dia Novembermu.
Pertanyaan itu menyeruak
kepermukaan menerobos dinding hati menghantarkannya pada logika yang sedikit
menolak untuk menjawabnya. Dengan spontan semua yang (pernah) ada terulang kembali, semua jejak rekam yang tanpa
dimintapun telah tertata dan tersusun rapi disana. Memutarnya, memperlihatkan,
mendendangkan tawa, cerita, seraut wajah dan senyuman. (Masih) pada ruang itu. Ya, ruang yang pernah
aku ceritakan ke kamu. Ingat?
Mungkin terlihat kosong
dan sedikit berdebu di dalamnya.
Sejak hari itu, November
tidak lagi hadir pada Juni, Juli dan (mungkin) untuk Agustus dan seterusnya.
November hanya untuk November (saat ini) seperti itu. Ya, tidak ada kisah lagi tentangnya
yang (pernah) menghiasi pada Juni, Juli, dan seterusnya.
Apa kamu masih ingat? Pada
setiap sudut yang pernah aku ceritakan ke kamu secara detail. Hanya kepada kamu
ruangan itu aku ceritakan. Seperti rahasia. Karena memang kamu pemilik ruangan
itu. Lihat saja ukiran yang masih menggantung pada dinding dalam ruangan itu,
masih kamu. Dan coba kamu dengarkan musik yang mengalun itu, masih mengingatkan
pada kamu saat aku memasukinya (kembali).
Aku (mungkin) tidak pernah
lupa untuk pagi November yang datang lebih awal. Membagi kisahnya, tawanya.
Kita bertemu di ruangan itu. Hanya kita pendatang tetap disana. Tidak ada yang
lain. Pernah ada “Kita” (dulu) kini menjadi aku “dan” November, ya seperti itu.
Mengasikkan, (dulu). Kini
tidak lagi sebelum aku kehilangan November pada Juni. Selalu ada rindu (dulu),
kini tidak lagi bahkan sebelum Juli menampakkan diri. Hujan juga menyenangkan
(dulu ), kini tidak lagi. Hanya sebatas butiran air yang jatuh tanpa bisa
dinikmati.
Tapi, November tetap November. Akan selalu begitu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar