Kembali. Saat ini ada sesak yang menyeruak ke permukaan. Kamu tahu sesak
itu apa? Sesak itu adalah RINDU. Masih dari tempat yang sama. Masih pada hati
yang sama dan masih kepadamu rindu itu. Entahlah, ini sudah yang keberapa
kalinya aku menuliskannya untuk kamu. Masih pada topik yang sama. Dan selalu
begitu. Hanya saja, aku tidak tahu bagaimana caranya agar rindu ini
tersampaikan dengan baik padamu. Atau bisakah beri tahu aku bagaimana caranya?
Setiap kali aku terjaga selalu merasakan ada yang kurang. Masih diwaktu
yang sama, dan dihangatnya mentari pagi. Aku ingin mendengarmu kembali. Ya, aku
ingin mendengarmu. Itu saja sudah cukup untuk mengawali pagiku. Tak lebih.
Bolehkah?
Aku dan kamu selalu menghabiskan waktu bersama. Tetapi tidak untuk pergi
jalan berdua. Tidak untuk makan malam dengan nuansa yang super romantis. Tidak
juga untuk bertemu. Apalagi untuk saling menatap. Menelusup masuk kedalam
matamu. Bukan seperti itu. Ya, kita tidak menghabiskannya untuk itu. Kita hanya
saling mendengarkan sepanjang malam. Apa kamu pernah menghitungnya? Sudah
berapa malam yang kita lewati bersama? Hingga langit fajar datang kita tak
menyadarinya. Kalau tidak salah, setelah kejadian waktu itu. Kita sudah
melewati 1 bulan lebih untuk menikmati malam dan tak mengacuhkan waktu. Apa
kamu sadar akan hal itu? Seperti itu lah kita menghabiskan waktu bersama.
Bahkan, itu saja tidak cukup untuk membuat RINDU ini tenang. Hingga detik
ini, detik disaat aku menuliskan tentang RINDU ini. Memaksaku untuk berbisik
padamu, “BAHWA AKU RINDU KAMU, SELALU”. Setidaknya hanya dengan cara seperti ini aku bisa
menyampaikannya padamu. Lewat bisikan ini, yang tak sempat terdengar oleh mu.
Namun aku menuliskannya, agar kamu tahu. Setidaknya membuatmu hanya sekedar
tahu. Seperti itu saja sudah cukup untukku.
“Kamu tahu…?? Mendengarmu saja sudah lebih dari cukup
untukku. Apalagi nanti, jika aku bisa bertemu dan melihat binar matamu. Aku
yakin akan lebih menyenangkan”.
Apa kamu mengizinkannya? Jika aku ingin lebih dalam masuk ke hatimu. Apa
kamu akan memberikannya ruang? Apa kamu mengizinkannya? Jika aku ingin
menelusup jauh lebih dalam melalui binar matamu. Apa kamu akan memberikannya?
Jika aku ingin melihat senyumanmu itu lebih lama. Tidak sekarang, tapi nanti.
“Ketika mata ini kembali terbuka. Ketika mentari mulai
menampakan binarnya. Ketika udara pagi mulai menelusup poriku. Ketika itu lah,
aku merasakan RINDU yang teramat sangat”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar