Rabu, 28 Mei 2014

Lalu, apa yang membawamu kembali?




 
here

Bagaikan mengingat wajah seseorang yang tak pernah aku temui. Seperti itulah upayaku untuk melupakanmu.

Benarkan...? Hatiku langsung luluh ketika mendapatkan satu kata "hai" saja darimu. Aaah, lemahnya hati. Seakan memori yang tersimpan rapi nun jauh didalam sana keluar berhamburan. Desiran itu, senyuman itu membiusku berkali-kali untuk larut dalam kenyamanan hati yang sempat kamu berikan.

5 tahun, 5 tahun pergulatan hati yang kuhadapi untuk melawan perasaan itu.  Sapaan itu berhasil mendobrak pagar yang telah aku persiapkan, aah ternyata aku terlalu lemah membangunnya. Seharusnya aku lapisi baja berkali-kali agar tidak ambruk, bodohnya aku. Haruskah ku nikmati?? Atau aku hindari?? Sekali lagi hati dan logika tidak sejalan. 

Jadi, selama ini kamu kemana saja? Datang dan pergi sesukamu? Hatiku ini punya aturan, nona. Kamu tidak bisa seenaknya saja seperti ini terhadapku. Apa kamu memanfaatkan hatiku yang lemah ini untuk bersikap seperti itu. Mentang-mentang kamu tahu aku sangat menginginkanmu jadi bisa sesukamu? Berhentilah seperti itu.

Ingat..!! Masih ada luka yang belum mengering sejak kamu tinggal pergi? Sekarang kamu mau apakan lagi? Mau menambah luka? Atau mengobatinya? Kamu lihai sekali mengambil hati yang sudah terlanjur luluh ini dengan senyuman manismu itu. Seolah kamu tersenyum tidak pernah terjadi apa-apa diantara kita. Tidakkah kamu mengingatnya? Sore itu, aku menyaksikannya sendiri dengan kedua mataku. Kamu bermesraan dengannya disebuah tempat favorit kita. Tidakkah kamu mengingatnya? 

Pilihanmu sendiri yang membawamu pergi dariku. Lalu kini, apa yang membawamu datang kembali??


Selasa, 27 Mei 2014

Kita sedang bersandiwara, sayang.


here



Dulu, dengan spontan kamu mengatakan “I LOVE YOU”

Belum sampai 30 detik aku merasakan desiran darah yang naik turun, jantung berdebar cepat, rasa senang membuncah, tiba-tiba kamu mengatakan sambil tertawa lepas "aku hanya bercanda" sambil menepuk ringan bahuku.

Aaah, kamu pintar sekali sayang. Pintar membuatku merasa senang seperti melayang ringan diudara, hingga membuatku jatuh kembali dan terhempas ke bumi. Membuat aku tersadar ternyata kita sedang bersandiwara.


Selamat datang kembali duhai diri

here


Kamu sudah bisa mengulangnya kembali. Ya, kebiasaan itu. Menulis seperti dulu. Meskipun syair-syair, lirik-lirik, ataupun kalimat-kalimatmu tidak sehebat penulis-penulis favoritmu, tapi setidaknya kamu sudah memberanikan diri untuk menulis. Menulis apapun yang kamu mau. Seperti saat ini.

Kamu tidak melulu menunggu yang katanya orang merasa galau dulu baru bisa nulis. Buktinya sekarang kamu bisa mengatur hatimu untuk bisa menulis kapanpun dan dimanapun kamu menginginkanya. Begitu dong.

Lebih pekalah ke sekitarmu, lebih terbukalah hati dan matamu, lebih tajamlah pendengaranmu. Dan ayo tulis apapun yang kamu mau.

Semoga semangat menulis ini tetap terjaga. Karena kamu menulis bukan untuk siapa-siapa. Tapi kamu
menulis karena memang menginginkannya dan menikmatinya.

Selamat datang kembali duhai diri....