Kamu masih ingat tidak, ketika aku menceritakan sebuah pulau yang pernah aku singgahi itu. Ya pulau kecil yang sangat indah itu. Kamu memuji keindahannya. Terlebih ketika kamu melihat sebuah dermaga yang membentang di salah satu koleksi foto-fotoku itu. Terlihat senja yang menawan. Air laut pasang yang sungguh memberikan ketenangan bersama birunya. Tentang suara ombak yang aku ceritakan ke kamu.
Senja itu adalah senja yang sangat sempurna yang pernah aku lalui. Namun sayang, aku tidak melewatinya bersamamu. Tapi sungguh dapat menceritakan detail perjalananku itu sungguh menyenangkan, terlebih cerita itu berbagi denganmu. Senja, pasir putih, ombak, langit biru, malam, bintang, bulan, komet, sampai fajar membentang. Aku masih terjaga. Sengaja aku duduk di dermaga itu, untuk mengingatmu yang jauh di sana. Andai saja kamu ada di sini, pikirku. Pasti kita akan menikmati malam itu bersama, menanti komet jatuh. Melihat bintang, menahan dinginnya angin laut malam.
Malam itu aku memang memilih dermaga itu untuk menjadi temanku. Tempat yang memang mendukung untuk aku menikmati sendiriku. Karena jika aku bersama sendiriku, pasti kamu selalu ada Jo, hadir bersama langit yang bertaburan bintang itu. Aku menikmatinya. Dermaga itu menjadi teman setiaku menanti fajar. Bersama deburan ombak yang menghempas dinding penyanggah dermaga itu. Aku menikmati suaranya, anginnya. Hingga malampun kian menepi. Aku masih bersamamu (diingatanku), kita tetap bercerita meski dalam diam. Aku yakin kamu pasti mendengarnya. Melihat komet yang berulang kali jatuh, indah Jo. Bisikku dalam hati. Sambil memejamkan mata seraya (kembali) mengingatmu.
It was fun, jo.
Sampai pada satu titik. Di mana aku harus memutuskan sendiri. Ke mana arah yang harus aku temui. Aku meminta kepadamu agar kita sama-sama berhenti untuk saling berbagi. Untuk saling mengisi seperti dulu. Itu adalah ketakutan terbesarku, Jo. Untuk memintamu melupakan aku. Nyatanya kamu menolaknya. Tapi itu harus. Harus aku lakukan. Aku tahu persis apa yang kamu rasa saat itu. Sangat tahu. Mungkin kamu memiliki seribu tanya di kepalamu. Yang tak bisa aku jawab langsung. Waktu yang bisa menjawabnya. Maafkan aku untuk itu, Jo. Untuk hal yang ku tinggal dalam seribu tanya di benakmu. Hari di mana kamu mempertanyakan semuanya, mempertanyakan perubahan yang terjadi.
"Re, gimana kabar kamu?" pesan singkat itu masuk ke inbok-ku.
"Hai, Jo kabar ku baik. Kamu gimana?" balasku
"Akhir-akhir ini kamu gak pernah kelihatan, kemana aja? Kamu tak seperti biasanya."
"Hehe, keliatan di mana?"lanjutku.
Ya, kita memang tak pernah bertemu selama 4 tahun belakangan ini. Kita bertemu hanya pada ruang ini. Rumah maya ini. Kita sama-sama menatap, tapi tak saling melihat. Kita saling menggenggam, tapi tak saling berpagutan. Seperti itulah aku dan kamu, Jo. Perasaan nyaman yang tumbuh dari 4 tahun lalu, yang membuat aku benar-benar takut untuk kehilangan kamu.
"Hehe, ya biasanya kamu selalu keliatan di situs ini, dan selalu menghubungiku. Tapi sekarang aku merasakan ada yang berbeda dari kamu." protesmu.
Membaca pesan darimu membuat aku menghelas nafas panjang. Apa yang harus aku katakan pun aku tidak tahu. Lalu kamu melanjutkan pesan itu, "Apa masalah kamu yang dulu sempat kamu ceritakan itu sudah selesai?" tanyamu.
"Belum, Jo. Tidak ada yang berbeda, perasaanmu saja itu, Jo." Imbuhku.
Ya, ternyata hatimu itu peka sekali, Jo. Terhadap apa yang terjadi pada diriku, tepatnya kekacauan yang ada di hatiku. Kamu mengetahuinya. Tapi aku, aku tak tahu berbuat apa.
"Apa aku boleh mengetahuinya lebih detail, Re?"
"Jo, aku tidak tahu harus memulainya dari mana? Maafkan aku sebelumnya, Jo."
"Jo, bisakah kamu menghapusku dari memori itu? Tolong cuma itu. Ini bukan berarti aku tak menginginkanmu. Tapi aku harus melakukan ini, Jo." pesan itu aku sampaikan kepadamu dengan perasaan yang teramat sangat berat.
Lalu "kenapa Re, kenapa aku harus melakukan itu? Ada apa ini?" tanyamu.
"Aku cuma ingin kamu melakukan itu, Jo" singkatku.
"Ya, tapi apa alasannya aku harus melakukan itu?" lanjutmu.
Aku menangis, Jo. Bisa kamu merasakan kesedihanku seperti biasanya. Feeling yang kamu punya yang tahu semua keresahan yang aku rasa. Kamu mengetahuinya tanpa aku cerita sedikitpun. Batinmu sangat kuat, Jo. Dan aku pasti akan merindukan perhatianmu itu. Kamu satu-satunya orang yang mampu memahamiku dalam diam. I'll be miss you, Jo. Since that day, when I must let you go. Can you hear me? Scream out on the night, i call you for the last. It's gonna be hard, Jo. I'm so sorry, didn't mean to hurt you. But I must let you go.
"Ada hati yang membutuhkan aku di sini, Jo. Membutuhkan aku lebih." singkatku.
"Tapi kenapa aku harus melakukan itu?"
"Jo, please jangan siksa aku lagi dengan pertanyaan itu. Hatiku bimbang, Jo. Saat ini aku ingin kamu yang melakukannya."
"Kenapa tidak sekalian saja kamu memintaku untuk menganggapmu tidak pernah ada, Re. Anggap kita tidak pernah kenal. Kita tidak pernah berbagi" lanjutmu. Aku memahami semua perasaanmu itu, Jo. Tapi aku sungguh tidak bisa.
Hingga detik ini aku tidak mendapatkan kabar apapun darimu. Aku tahu, ada hati yang terluka dan kecewa karenaku. Tapi sungguh aku sudah jauh lebih terluka dengan melakukan ini kepadamu, Jo. Apa masih bisa aku bercerita denganmu? Terlebih setelah aku membuat jarak ini. Jarak yang tak seharusnya ada. Apa kamu masih ingin mendengarku? Apa masih ada ingatanmu tentangku? Setelah ini, Jo? Kamu tahu? Itu sulit untukku Jo, sungguh. Jo, aku tahu. Mungkin kamu tidak akan pernah hadir lagi untukku. Tapi yakinlah, kamu akan selalu ada (di ingatanku) selamanya. Jo,
Kamu akan tetap menjadi hujan di duniaku, beserta senja yang menawan untuk aku nikmati keindahannya. Meski tak selalu. Aku yakin tak akan pernah kehilanganmu. Karena hatiku telah bersamamu jauh lebih dulu. (ALWAYS HAVE, ALWAYS WILL). Kenangan yang tak akan pernah lekang, kan selalu tertanam meski kita sama-sama menghilang. Dari hati yang terdalam.
sukaaaa.. kata*nya kereen xD
BalasHapustapi aku masih bingung, kenapa jo di putusin?
padahal kan sayang..:o
apa maksutnya "ada hati yang membutuhkan aku di sini"?
terimakasih ayyana pyon :D
Hapusbukan d putusin, tp itu sebuah keputusan (sulit)