here |
Sore
itu aku duduk ditepian danau seperti biasa tapi kali ini tanpamu. Menikmati hari
yang sebentar lagi berganti dan aku
melihat pasangan muda-mudi yang sedang bercengkrama bersama alam. Mereka
tertawa lepas. Aku memutar kepalaku keseliling, ternyata sama, mereka pasangan
yang sedang berbahagia. Waktu mengizinkan mereka untuk berbagi bersama, untuk
dpt melewati senja berdua, bahkan ada yang berempat, berlima, mereka sahabat.
Lekukan senyum tidak lepas dari bingkai mulut mereka. Tapi tidak denganku. Aku
merasa kosong, sangat kosong. Belum pernah aku merasa seperti ini sebelumnya.
Apa (mungkin) ini akibat terlalu lama menunggu? Semoga tidak. Mencoba menelisik
suatu waktu pada malam yang membuat aku merasa seperti ini. Kosong. Senja dan
jingga kali ini hampa.
Ingat
tidak suatu malam kamu mengatakan "I love you"?? Ya malam itu kita
bertemu, seperti biasa setelah pertemanan yang terjalin beberapa tahun yang
lalu. Kita terbiasa berbagi, bercanda, marahan, dan terkadang merasa kecewa
(sendiri). Kamu tahu? Kata itu telah aku tunggu selama beberapa tahun untuk
keluar dari mulutmu. Dan aku tak perlu lama untuk membalas ucapanmu itu
"Love you too" gumamku. Tapi apa yang terjadi setelahnya, tak lama
setelah aku membalas ucapanmu. Itu sungguh sangat melukaiku, sayang. Sungguh.
Tak pernah aku merasakan sesakit itu. Tak pernah aku merasa sekecewa ini
padamu. Kamu tertawa, melihatku setelah aku membalas ucapanmu. Kamu tergelak
bebas. Apa yang terjadi?? Aku bertanya sendiri pada diri. "Haha, pasti dia
akan berkata seperti itu juga kepadaku, nanti". Lalu kamu memelukku. Aahh,
aku bodoh, aku lupa bahwa kamu hanya mencintainya. Bahwa kamu selalu menujunya.
Kamu
tahu? Itu sangat melukaiku, sayang. Sungguh. Aku kecewa pada diriku sendiri.
Karena aku tak pernah sadar, bahwa aku masih terhanyut oleh rasa yang selama
ini aku miliki untukmu. Itu melukaiku. Aku masih tertidur bersama angan, yang
selalu melemahkan logika, selalu memenangkan hati sendiri untuk menutup
kekecewaanku padamu. Apa kamu melihatnya, sayang? Aku sakit.
Aku
dan kamu tetap tertawa seperti biasa malam itu. Tapi dalam hati ini aku ingin
menjerit, aku ingin menangis, aku ingin menghilang saat itu juga dari
hadapanmu. Aku menguatkan diri untuk mendengar semua rencanamu untuk
melamarnya, mendengar apa saja yang kamu persiapkan untuknya. Memberikan apa
saja yang aku ketahui agar dia senang
dan dapat menerimamu. Aku melakukannya, untukmu. Setelah ini aku tidak tahu apa
yang akan kujalani, nanti tanpamu. Semoga aku masih kuat berdiri.
Ah
sudahlah, mungkin aku harus melupakan semua rasaku untukmu. Menganggap semua
hanya biasa saja, sama sepertimu. Jika diumpakan buku tulis, maka aku akan
menuliskan "aku (pernah) menyayangimu. Aku (pernah) menunggumu tanpa jeda.
Aku (pernah) menginginkanmu". Cukup, hanya itu. Lembaran itu penutup, maka
akan kututup buku tulis itu tidak akan pernah aku buka kembali. Cukup sebagai
kenanganku. Cukup sampai disitu.
Tetaplah
tersenyum, sayang. Aku akan selalu ada untuk mendengarkanmu walau nanti ada
sekat yang terbentang antara aku dan kamu. Aku akan mendengar dan menemuimu
kapanpun kamu memintanya untuk bercerita tentang dia. Seperti biasa, aku akan
ikut tertawa denganmu. Selalu.
dalem n hidup ceritanya
BalasHapusby dilla rahmi tanjung
pertama kali kesini, aduh.. tulisan-tulisannya....
BalasHapusindah.
semangat terus ya mbak :)