this pict from here |
Hai jiwa pemilik rindu. Apa kabar kamu?
Masihkah pada rindu yang sama? Masihkah pada ruang yang
sama?
Aku mengikuti jejakmu
dalam diam. Hilang sesaat bukan berarti aku tak memperhatikanmu. Hanya saja aku
melakukannya diam-diam. Kali ini dalam bayang. Kenapa dalam bayang? Karena bayang
mampu menggambarkannya dengan sempurna. Pantulan apapun itu. Bayang tak pernah
berbohong terhadap apa yang ia pantulkan. Hanya saja itu tergantung visual kita
yang menangkap. Begitu pula aku melakukannya untuk kamu, wahai pemilik hati. Semoga
kamu mengerti.
Aku mengikuti jejakmu
dalam diam. Semoga saja kamu tidak menyadari. Karena aku suka begini. Tak ingin
kamu tahu. Semoga saja kamu tak mencari. Karena aku selalu mendatangimu. Berdiri
dekat denganmu. Sampai-sampai aku selalu hafal dengan setiap detailmu.
Aku mengikuti jejakmu
dalam diam. Dalam hujan kamu tertawa senang, bahkan tersenyum. Aku melihatnya. Ketika
jemarimu menyentuh bulir demi bulir tetesan itu. Lalu tertawa. Aahh, aku
menikmati tawamu. Aku tahu kamu menyukai hujan. Benar bukan? Buktinya kamu
tidak menyadari keberadaanku yang mengikutimu. Aku tahu bayang tak dapat hadir
saat hujan turun. Hanya berupa bias-bias yang tak jelas keberadaannya. Tapi aku
dekat denganmu.
Aku mengikuti jejakmu
dalam diam. Bukannya aku ingin menakutimu. Hanya saja aku tak ingin terungkap. Melihatmu
dari sudut hatiku saja sudah menyenangkan. Apa lagi nanti bisa kamu temukan
aku. Itu lebih dari menyenangku, untukku. Aku tak ingin terlihat. Aku hanya
ingin untuk diingat. Kapanpun dan dimanapun kamu berada. Bahwa aku selalu ada
mengikutimu. Bahkan ketika kamu menangis bersama hujan. Aku melihatnya, aku
menemanimu. Hanya saja keberadaanku tak terungkap. Bisa kamu rasakan, aku?
Aku tak lebih dari sebuah
bayangan yang tak dapat kamu rekam. Tapi aku ada untuk kamu. Menemani, bahkan
selalu ada bersamamu. Hanya saja kamu tidak pernah memperhatikan aku. Melewati semua
tentangku. Tak apa. Aku hanya bayang yang sesaat saja dapat hilang. Jika kamu
inginkan aku untuk menghilang.
kadang harus diam dan hidup dalam bayangan saja itu menyakitkan tapi apabila hanya itu pilihannya mungkin saya kan mencobanya walo hanya diam dan bayang saja. walo nanti setelah dia merasa terganggu dengan segala detail bayangan ini dan mengusir bayangku untuk pergi tak masalah asalkan saya sudah merasa ternyata jadi bagian dari bayangnya itu seperti ini rasanya :)
BalasHapusnice kakak, suka :)
seperti udara yang selalu ada, mengikuti dan memfasilitasi tanpa pamrih, tapi.. kalau seseorang seperti ini rasanya sedih sekali, cuma hanya bisa mengikuti dalam diam tanpa benar2 masuk ke kehidupan orang yang dipujanya, nice posting :)
BalasHapus@ Nisa n @NF... Makasih lg utk kunjungannya :D
BalasHapusIya, sakit. Tapi memiliki rasa yg luar biasa dalam diam. Begitu saja sudah menyenangkan, apa lagi nanti jika terungkap. Si bayangan masih bisa menguasai diri, mengamati, merekam, mengikuti jejak itu dalam diam.