Aku ingin menguji
takdir ini, sayang.
Dengan melepaskanmu
tanpa rasa sedih, kecewa, takut. Awalnya hal ini adalah masa terberat yang
harus aku jalani. Setelah semua hal yang telah kita lalui bersama. Namun, aku tetap
percaya jika suratan itu telah dituliskan oleh-Nya kita akan tetap bisa
bersama-sama. Menikmati karunia yang telah diatur oleh sang Pencipta.
Aku percaya dia adalah
sutradara terhebat yang menciptakan skenario yang kita jalani saat ini. Kamupun begitu bukan? Hingga
detik disaat kita memutuskan untuk berpisah. Dia pencipta sejuta rasa yang
simpang siur di dalam hati ini. Aku tahu itu. Aku pasrah menjalani setiap
apapun yang sudah dikehendaki-Nya.
Aku ingin menguji
takdir ini, sayang.
Aku tahu kita sama-sama
menginginkan. Sejauh apapun aku dan kamu melangkah. Sejauh apapun aku dan kamu
berpisah. Jika nama kita berdua telah ditetapkan sebagai sepasang kekasih
halal, maka kita akan menjadi. Tapi jika tidak anggap aku sebagai tempat
persinggahan sementara untukmu sebelum kamu menemukan "kita" yang
lain nantinya.
Kita hanya perlu untuk
menunggu dan meminta kepada-Nya ketetapan terbaik untuk kita. Maka hendaknya
selama rentang jarak ini membentang aku dan kamu sama-sama memperbaiki diri.
Jika kelak kita sudah menjadi ketetapannya kita sudah menjadi pribadi yang jauh
lebih baik dari yang sekarang. Seperti apa yang pernah kamu katakan dulu
"sekeras apapun kita mencoba, sekeras apapun kita meminta jika kita memang
ditakdirkan kita akan kembali bersama. Jika tidak, kita harus bisa menerima
dengan berlapang dada". Kamu benar sayang.
Aku ingin menguji
takdir ini, sayang.
Saat ini kita hanya bisa menikmati. Sebutlah selalu namaku disela-sela
doamu. Akupun akan begitu. Semoga perasaan dan keinginan ini didengar oleh-Nya.
Kutunggu kamu meminta dan menjemputku di sepertiga malammu. Dengungkanlah.
... terinspirasi dari cerita hati seorang sahabat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar